Selasa, 31 Maret 2009

Workshop Orang Tua Idola

Anda Ingin Mengenal Lebih Dalam Karakter Anak Anda ..??

Anda Ingin Anak Anda Mengerti Keinginan Anda ..??

Anda Ingin Memiliki Anak Dengan Karakter Positif ..??

Anda Ingin Menjadi Idola Bagi Anak Anda ..??


Dapatkan Semua Jawabannya Disini ...!!!


DIPO Training & Development Mempersembahkan :


WORKSHOP ORTU IDOLA

Hotel Sofyan Tebet, Jakarta

Minggu, 3 Mei 2009



Apa Saja Yang Akan Anda Dapatkan...? ?

* Membentuk Visi, Karakter dan Mental Menjadi Ortu Idola
* Panduan Memahami Tipologi Karakter Anak Anda
* Teknik Mendidik Anak Dengan Psikologi Persuasi
* Panduan Memahami Keinginan Anak Anda
* Teknik Mengubah Marah Anda Menjadi Positif
* Trik Menjadi Pribadi Menarik dan Selalu Dicintai Anak Anda
* Teknik Memotivasi Anak Anda
* Berkomunikasi dengan Anak Anda Menggunakan Hypnotic Language Pattern.



Semakin Anda Ikuti Workshop ini, Semakin Banyak Manfaat Yang Akan Anda Dapatkan...! !!

Fasilitator :

* Febriya Fajri

Senior trainer PT. ABCo Sugesti Motivatindo yang telah memberikan training di depan 35 ribu audiens dengan jam terbang lebih dari 750 jam dengan metode training yang digunakan adalah pendekatan kreatifitas bawah sadar dengan penggabungan empat Si, yaitu motivasi, seni, simulasi dan kontemplasi


* Catur Suryopriyanto

Praktisi NLP dengan sertifikasi NLP Practicioner dari NLP Society dan Hypnotherapist dari IBH. Telah memberikan training di depan ribuan orang baik itu pelajar, mahasiswa, guru maupun kalangan profesional dengan metode-metode pengajaran yang menyenangkan, melalui Games, Simulasi, Inspirational Story, Funny Video, NLP dan Magic.


Berapa Investasi Yang Dibutuhkan.. .??

Anda hanya perlu ber Investasi sebesar Rp 480.000 dan Bandingkan dengan manfaat yang akan anda peroleh dari workshop ini ...


Semakin Cepat Anda Mendaftar, Semakin Kecil Investasi Yang Dibutuhkan.. .!!!


Karena kami membuka pendaftaran early bird untuk anda yang mendaftar sebelum tanggal 17 April 2009, Anda hanya perlu berinvestasi sebesar Rp 340.000


Kirimkan Investasi Pendaftaran Ke DIPO Training & Development :

Bank Mandiri

No Rekening 1570000125907

a/n Eka Puspitasari


Untuk Pendaftaran SMS Kami di No 0815-1012-5173 jika anda sudah mengirimkan Investasi Pendaftaran dengan Format :

Nama ( spasi ) Lembaga ( spasi ) Jumlah Investasi ( tanggal transfer )


Daftarkan Sekarang...! !! Tempat Terbatas...! !!


Informasi lebih lengkap dapat menghubungi :

Wulan (0815-1012-5173)

Rabu, 25 Maret 2009

apakah tidak ada pilihan lain??

Dalam sebuah training seorang rekan bercerita:
Ada seseorang yang baru saja membeli mobil mewah yang sangat diidam-idamkannya. Dia sangat “menyayangi” mobilnya tersebut, sampai-sampai ia jarang memakainya keluar karena banyak kekhawatiran. Takut lecet, takut kotor dan lain sebagainya.

Pada suatu hari, sepulangnya dari kantor, dia melihat mobil kesayangannya sedang “diukir” , menggunakan paku oleh anaknya. Mendapatkan kenyataan tersebut, emosinya langsung meledak, dan tanpa berpikir panjang dia langsung memukul tangan anaknya dengan menggunakan sebuah rotan hingga lecet.

Beberapa hari setelah kejadian tersebut tangan anaknya mulai infeksi. Lama kelamaan keadaannya semakin parah hingga dokter memutuskan harus di AMPUTASI…
Setelah amputasi dilakukan, dengan keadaan sedih bercampur sesal sang anak menemui ayahnya dan berkata “ayah, saya sangat menyesal dengan apa yang telah saya lakukan. Saya berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi… sungguh, saya berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi. Tapi, tolong ayah kembalikan tangan saya”.
-----------*********----------
Bagaimana perasaan anda jika anda menjadi ayah tersebut???
Terkadang kita terlalu cepat bereaksi terhadap sesuatu tanpa memikirkan dampak dari reaksi kita tersebut.

Apakah bentakan kita pada anak, akan membuat baju kita bersih kembali ketika dia menumpahkan kopi ke baju kita???
Apakah omelan kita akan membuat gelas pecah menjadi utuh kembali???
Apakah pukulan kita pada tangan si kecil akan membuat tembok rumah menjadi bersih kembali???
Apakah cubitan kita akan membuat rumah menjadi bersih kembali ketika anak kita mengotori rumah??

Apakah bentakan, cubitan, omelan, pukulan, hardikan, dan sejenisnya akan membuat keadaan menjadi seperti sedia kala?? Bahkan mungkin sebaliknya, kita malah menyakiti fisik dan perasaan orang yang kita bentak, pukul, dll tersebut.

Adakah yang menghalangi kita untuk tidak marah ketika kita merespons sesuatu yang tidak kita sukai?
Adakah yang menghalangi kita untuk tersenyum, menarik nafas, dan menasehatinya secara bijak ketika kita melihat si kecil melakukan hal yang tidak kita sukai.
Adakah yang menghalangi kita untuk berkata:
“Sayang, lain kali hati-hati ya!!” atau “Maaf nak, ini bukan perbuatan anak sholih”, atau “maaf sayang, ayah / bunda tidak suka, lain kali jangan diulangi ya!!”, atau bahasa cinta lainnya.

Jika tidak ada yang menghalangi kita? Kenapa tidak kita lakukan??

Apakah kita tidak memiliki pilihan lain selain marah dan meluapkan emosi?
Kalau masih ada pilihan lain yng jauh lebih baik, kenapa kita harus memilih marah…

Semoga kita bias mengungkapkan dan menunjukkan rasa cinta kita dengan benar..

Senin, 23 Maret 2009

masih ada harapan

Pada suatu malam pengumpulan dana di cush (tempat sekolah anak - anak cacat), salah seorang ayah yang anaknya bersekolah di Cush memberikan pidato yang tak terlupakan oleh para hadirin.

Setelah memuji sekolah dan para staff yang telah menunjukkan dedikasinya yang tinggi, ia menangis, "Dimanakah kesempurnaan diri anak saya, Shay ? Bukankah semua yang Tuhan ciptakan adalah sempurna ? Tetapi mengapa anak saya tidak bisa mengerti sebagaimana anak-anak lain ? Mengapa anak saya tidak bisa mengingat angka dan gambar sebagaimana anak-anak lain ?

Para hadirin amat terkejut, tersentuh dengan kesedihan si ayah dan terdiam oleh pertanyaan itu.

"Saya percaya," jawab si ayah, "bahwa ketika Tuhan melahirkan seorang anak seperti anak saya ke dunia ini, kesempurnaan yang dicarinya terletak pada bagaimana perlakuan orang-orang lain terhadap anak itu". Kemudian ia menceritakan kisah berikut ini mengenai anaknya, Shay.

Suatu sore, Shay dan ayahnya berjalan-jalan melintasi taman dimana beberapa anak lelaki yang Shay kenal sedang bermain Baseball. Shay memohon pada ayahnya, "Yah, menurut ayah, apakah mereka membolehkan saya ikut bermain ?"

Ayah Shay mengerti bahwa anaknya tidak memiliki kemampuan atletik dan pasti semua anak lelaki takkan mengijinkan bermain dalam tim mereka. Tetapi, ayah Shay mengerti juga bahwa jika anaknya bisa ikut bermain maka Shay akan merasakan kebahagiaan bisa turut memiliki. Kemudian, ayah Shay mendekati seorang anak lelaki yang ada di lapangan itu dan bertanya kalau-kalau Shay boleh ikut bermain. Anak lelaki itu melihat ke sekeliling meminta pertimbangan dari rekan-rekan lainnya. Karena tak ada yang memberikan pertimbangan, ia memutuskan sendiri dan katanya, "Kami sedang kalah enam angka, sedangkan pertandingan ini berlangsung sembilan inning. Saya pikir
anak anda bisa bergabung dalam tim. Kami akan menempatkannya sebagai pemukul di inning ke sembilan."

Ayah Shay amat senang. Shay pun tersenyum lebar. Shay diminta untuk mengenakan sarung tangan dan menunggu di barisan tunggu luar lapangan. Di akhir inning ke delapan, tim Shay memperoleh beberapa angka tetapi tetap tertinggal tiga angka dari tim lawan. Kemudian di inning ke sembilan mereka memperoleh angka lagi. Dua orang berhasil berdiri di base dan siap-siap untuk memperoleh kemenangan angka. Kini tiba giliran Shay memukul. Apakah tim Shay akan benar-benar memasukkan Shay sebagai pemukul berikutnya dan mengambil resiko untuk kemenangan mereka yang sudah berada di dalam genggaman ?

Amat mengejutkan, Shay diijinkan untuk memukul. Semua orang tahu bahwa hal itu hampir-hampir mustahil karena Shay sama sekali tidak tahu bagaimana memegang tongkat pemukul baseball. Bagaimana pun Shay maju ke papan pemukul, pitcher bergerak beberapa langkah dan melemparkan bola itu perlahan ke arah Shay sehingga memungkinkan Shay untuk menyentuh bola itu.

Lemparan pertama dilakukan. Shay memukul tanpa arah dan gagal. Salah seorang teman Shay mendekati dan bersama-sama mereka memegang pemukul itu dan menghadapi sang pitcher yang sudah bersiap-siap untuk meleparkan bola kedua. Sekali lagi si pitcher maju beberapa langkah dan melemparkan bola itu dengan perlahan sekali ke arah Shay.

Ketika bola dilemparkan, Shay dan rekannya yang membantu memegangi tongkat pemukul itu akhirnya bisa memukul bola itu perlahan sekali ke arah pitcher. Sang pitcher menangkap bola yang menggelinding di tanah dengan perlahan. Ia harus melemparkan bola itu ke penjaga di base pertama. Dengan demikian Shay bisa saja gagal mencapai base pertama, keluar dari pertandingan dan timnya pasti menderita kekalahan.

Tapi apa yang terjadi ? Si Pitcher melemparkan bola itu ke kanan jauh ke atas melewati kepala penjaga base pertama sehingga tak terjangkau. Semua orang lalu berteriak-teriak, "Shay, ayo lari ke base pertama. Lari ke base pertama".

Belum pernah selama hidupnya Shay lari ke base pertama. Ia tergesa-gesa lari ke base pertama, bola matanya berbinar-binar. Ketika ia tiba di base pertama, penjaga base di sebelah kanan memungut bola. Ia bisa saja melemparkan bola itu ke penjaga base kedua yang akan mengalahkan Shay, tetapi ia melempar bola itu jauh ke atas kepala sehingga tak tertangkap oleh penjaga base kedua.

Lalu semua orang berteriak, "Shay, ayo lari ke base kedua, ayo lari ke base kedua." Shay lari ke base kedua. Begitu itu tiba di base kedua, penjaga tim lawan melempar bola jauh ke atas sehingga tak terjangkau oleh penjaga base ke tiga. Lalu mereka semua berteriak agar Shay lari ke base ketiga. Ketika Shay menyentuh base ketiga, semua anak di kedua tim yang sedang saling berlawanan itu berteriak, "Ayo Shay, lari sampai akhir base. Lari sampai akhir base !" Maka Shay pun berlari sampai ke akhir base, menginjak papan base terakhir. Serentak ke delapan belas anak yang sedang bermain itu memeluk dan mengangkat Shay di atas pundak dan membuatnya seperti pahlawan kemenangan untuk timnya.

"Pada hari itu," kata ayah Shay dengan lembut, mata yang berkaca-kaca kini tak tahan meneteskan air mata, "kedelapan belas anak lelaki itu telah menemukan kesempurnaan Tuhan".

Selasa, 17 Maret 2009

kisah sehelai pita kuning

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam- malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa
temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu
saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa
menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya. Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri
suratnya dengan menulis:

Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku...

Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota.
Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku.

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya?

Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan. Kita mesti lihat apa yang akan terjadi."

Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu.

Air mata menetas di matanya. Dia tidak melihat sehelai pita kuning. Tidak ada sehelai pita kuning. Tidak ada sehelai. Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning bergantungan di pohon beringin itu.

Seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning.

Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini.

Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973.

Rabu, 11 Maret 2009

kisah pencuri

pada tahun 1887, disebuah toko makanan kecil, Seorang pria yang tampak terkemuka berumur lebih kurang 60 tahun
membeli lobak hijau. Dia menyerahkan kepada pelayan selembar uang dua puluh dolar dan menunggu kembaliannya. Pelayan toko menerima uang dan mulai memasukkannya ke laci sementara dia mengambil kembalian. Walau demikian, dia melihat ada tinta pada jarinya, yang masih basah karena memegang lobak hijau. Dia terkejut dan berhenti sejenak untuk memikirkan apa yang akan dilakukannya. Setelah sesaat bergulat dengan masalah itu, dia membuat keputusan. Pembeli itu adalah Emmanuel Ninger, teman lama, tetangga, dan pelanggan. Tentunya orang ini tidak akan memberinya uang palsu. Dia pun memberikan kembalian dan pembeli tersebut pun pergi.

Kemudian, si pelayan toko berpikir kembali karena uang dua puluh dolar merupakan jumlah yang sangat besar pada tahun 1887. Dia akhirnya memanggil polisi. Seorang polisi merasa yakin bahwa uang dua puluh dolar itu asli. Polisi lainnya kebingungan tentang tinta yang terhapus. Akhirnya, rasa ingin tahu yang diperpadukan dengan tanggung jawab memaksa mereka untuk meminta surat penggeledahan atas rumah Ninger. Di rumah tersebut, di loteng, mereka menemukan fasilitas untuk mencetak uang lembaran dua puluh dolar. Bahkan mereka menemukan lembaran uang dua puluh dolar yang masih dalam proses pencetakan. Mereka juga menemukan tiga potret diri yang dilukis oleh Ninger.

Ninger adalah seorang pelukis, dan pelukis yang ahli. Dia begitu ahli, sehingga dia melukis lembaran dua puluh dolar dengan tangan! Dengan teliti, goresan demi goresan, dia menggunakan sentuhan keahliannya sedemikian cermat sehingga dia bisa membodohi setiap orang sampai hari itu.

Setelah dia ditangkap, potret dirinya dijual dalam sebuah lelang umum dan terjual seharga $16.000, berarti lebih dari $5.000 per lukisan. Ironi dari kisah ini adalah bahwa Emmanuel Ninger menghabiskan waktu yang tepat sama untuk melukis uang dua puluh dolar seperti yang dilakukannya untuk melukis potret diri seharga $5.000.

Ya, orang cemerlang yang berbakat ini menjadi pencuri dalam segenap arti katanya. Tragisnya, orang yang paling banyak dicurinya adalah Emmanuel Ninger sendiri. Bukan hanya dia seharusnya menjadi orang kaya secara sah bila dia memasarkan kemampuannya, tetapi seharusnya dia bisa membeli begitu banyak kesenangan dan begitu banyak
keuntungan bagi sesamanya. Dia termasuk dalam daftar pencuri yang tidak ada habis-habisnya mencuri dari dirinya sendiri ketika mereka berusaha mencuri dari orang lain.

Apakah kita adalah "Emmanuel Ninger" yang lain, yang memanfaatkan bakat, ketrampilan, dan diri kita hanya untuk menghasilkan $20, padahal sebenarnya kita bisa menghasilkan $5.000?
apakah kita layaknya seorang Emmanuel Ninger, yang tidak menghargai dan memanfaatkan bakat yang kita punya untuk sesuatu yang berarti, tetapi malah menyia-nyiakannya untuk merusak diri.

yakinlah setiap manusia memiliki potensi dan bakat dalam dirinya... manfaatkanlah bakat tersebut untuk membuat diri melesat, bukan untuk sesuatu yang sia-sia.

Selamat Berjuang!!!

Senin, 02 Maret 2009

tidak ada rahasia untuk menggapai sukses. sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan.
(General Colin Powell)

bukan aku tak cinta

Sumber: Disadur dari "Tulang Rusuk", oleh Michael, diadaptasioleh Ev. Sugeng Wiguno - resonans

Cassie menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balikmelangkah dari ruang tamu ke pintu depan. Diliriknya jalanraya depan rumah. Belum ada.Cassie masuk lagi. Keluar lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluarlagi. Begitu terus selama hampir satu jam. Suara si Mbok yangmenyuruhnya berulang kali untuk makan duluan tidakdigubrisnya.Pukul 18.30.

Tinnn........... Tiiiinnnnn.............. !!Cassie kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang!Dilihatnya dua orang yang sangat dicintainya itu masuk kerumah.Yang satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satumenghempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepala. Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkahbagi keluarga. Bagi si kecil Cassie juga yang tentunya belummengerti banyak. Di otaknya yang kecil, Cassie cuma tahu, ia kangen Mama dan Papa, dan ia girang Mama dan Papa pulang.

"Mama, mama.... Mama, mama...." Cassie menggerak-gerakkantangan Mama. Mama diam saja. Dengan cemas Cassiebertanya, "Mama sakit ya? Mananya yang sakit?Mam, mana yang sakit?"Mama tidak menjawab. Hanya mengernyitkan alis sambilmemejamkan mata. Cassie makin gencar bertanya, "Mama,mama... mana yang sakit? Cassie ambilin obat ya? Ya? Ya?"Tiba-tiba... "Cassie!! Kepala mama lagi pusing! Kamu janganberisik!" Mama membentak dengan suara tinggi.Kaget, Cassie mundur perlahan. Matanya menyipit. Kakikecilnya gemetar.Bingung. Cassie salah apa? Cassie sayang Mama... Cassie salahapa?Takut-takut, Cassie menyingkir ke sudut ruangan. MengamatiMama dari jauh, yang kembali mengurut-ngurut kepalanya.Otak kecil Cassie terus bertanya-tanya: Mama, Cassie salahapa? Mama tidak suka dekat-dekat Cassie? Cassie menggangguMama? Cassie tidak boleh sayang Mama?Berbagai peristiwa sejenis terjadi. Dan otak kecil Cassiemerekam semuanya.Maka tahun-tahun berlalu.

Cassie tidak lagi kecil. Cassiebertambah tinggi.Cassie remaja. Cassie mulai beranjak menuju dewasa.
TIN TIIIN ! Mama pulang. Papa pulang. Cassie menurunkan kakidari meja.Mematikan TV. Buru-buru naik ke atas, ke kamarnya, danmengunci pintu.Menghilang dari pandangan. "Cassie mana?". "Sudah makan duluan, Tuan, Nyonya.
"Malam itu mereka kembali hanya makan berdua. Dalam kesunyianberpikir dengan hati terluka: Mengapa anakku sendiri, yangkubesarkan dengan susah payah, dengan kerja keras, nampaknyatidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku? Apasalahku? Apa dosaku? Ah, anak jaman sekarang memang tidaktahu hormat sama orangtua! Tidak seperti jaman dulu.Di atas, Cassie mengamati dua orang yang paling dicintainyadalam diam.
Dari jauh. Dari tempat dimana ia tidak akanterluka.Mama, Papa, katakan padaku, bagaimana caranya memeluk seekor landak?